
Hallo aku Thoriq, jika kita gali secara mendalam tentang asal usul nama namaku bentuk dari kata bahasa Arab “thariq” atau “thariqah” dan bentuk pluralnya adalah “thara’iq” atau “thuluq” yang berarti jalan, tempat lalu lintas, aliran, madzhab, metode, mode, atau sistem. Sedangkan menurut perspektif tasawuf. Perjalanan seorang salik menuju Tuhan dengan cara penyucian diri atau perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan.
Makna yang cukup berat kan? tapi berarti orangtuaku juga memberi doa yang sangat baik untukku dari aku lahir sampai nanti aku meninggal semesta ini, aku terlahir di sebuah keluarga yang memiliki “keistimewaan” secara sosial dan aku juga istimewa karena terlahir sebagai laki-laki dalam keluarga yang berisi anak yang terlahir adalah perempuan. jadi secara hak dan kewajiban dalam kedepannya otomatis aku memiliki cukup tanggung jawab yang besar.
Keluarga bapakku adalah seorang keturunan tokoh agama dihormati di negara ini dan sampai detik ini kehormatan masih terjaga, bapakku memiliki asrama khusus membina karakter anak-anak muda dari tingkat SD sampai Mahasiswa yang artinya dia memiliki sebuah kewajibannya untuk menjaga amanah dari orangtua yang menitipkan anak-anak kepadanya, sudah memiliki anak-anak yang cukup banyak yang berarti porsi sebagai guru dan “bapak” harus dibagi untuk semuanya bukan hanya kepadaku saja ditambah tanggung jawab sosial kepada masyarakat di sekitar pesantren ini maka otomatis waktu kebersamaan dan komunikasi menjadi sebuah momen yang langka.
Aku melihat dari berbagai sisi dari penglihatan dan pendengaranku bahwa Bapakku sangat benar benar layaknya Bapak bagi semuanya, beliau selalu memberikan wejangan tidak hanya sekadar kata tapi juga selalu memberikan tindakan terlebih dahulu, Kadang muncul sebuah pertanyaan kenapa aku tidak diperlakukan seperti itu? misteri ini menjadi sebuah PR yang lama untuk aku kerjakan.
Di suatu tempat yang jauh dari lokasi pesantren, aku mulai sering untuk menyelam kedalam diri ini dan aku menemukan sebuah kenikmatan secara mendalam kesyahduan dan keheningan sudah menjadi alternatif program kehidupan wajib kuanut saat sifat dunia yang penuh kebisingan tetapi dipenuhi dengan kehampaan dan kebingungan. Aku tersadar bahwa aku bukan orang yang memiliki kepintaran, kelebihan ataupun bakat dibanding keluarga besar di Pesantren kemudian aku juga tidak memiliki kelebihan yang dalam dari suatu bidang keilmuan khususnya keilmuan bidang keagamaan.
kedalaman dan keluasan tentang dunia ini, belum dengan lapisan lapisan maknawi dan refleksi bahwa hidup bisa tidak akan bisa dinilai secara absolut kita hanya menilai hanya beberapa lapisan luarnya saja. Berbekal dengan pemahaman itu bahwa hidup selalu bisa bersinar dengan caranya.
Aku selalu bertanya dengan segala kekurangan yang aku memiliki ternyata aku punya makna saat aku bisa menemani obrolan dengan berbagai teman dan mereka merasa mendapatkan suata hal dengan rasa bersyukur mereka sudah bercerita denganku. maka dari itu aku mulai bahwa secara sadar bahwa aku setidaknya bisa membantu orang lain walau kadang terselip pertanyaan kenapa aku bisa melakukannya? kemudian aku riset kepada teman-temanku bahwa secara komunikasi aku memiliki arah yang tidak langsung menjudge dan mendengar keseluruhan cerita. Mereka mengatakan bahwa tidak semua orang seperti itu.
Aku terlahir dengan keengganan untuk cenderung tidak berbicara dan lebih suka mengamati, mengawasi dan menganalisas, dari keengganan berbicara itu aku menemukan bahwa kita berkomunikasi dengan selalu memakai View dari diri sendiri dan jarang orang yang menempatkan view dari yang mendengar ataupun lawan berbicara kita ditambah dengan bahwa manusia di zaman ini adalah makhluk keinginan divalidasi dan bahwa kebenaran adalah tunggal bukan plural sehingga tidak ada komunikasi yang sampai dari hati ke hati.
Aku sadar bahwa secara tidak sengaja bahwa berada di titik ini, kemudian aku selalu mencoba membaca berbagai hal karena pondasi awal untuk mendapatkan makna adalah menelusuri tentang mengenal siapa kita dari membaca dari tanggal kelahiran, hari apa lahir, weton, golongan darah, psikologi, nama dan lainnya. dari semua bacaan aku secara tidak sadar aku fokus pada namaku yaitu thoriq.
Dari perilaku bapak kepadaku dan cara aku mendapatkan kebahagiaan, cara aku hidup, pola problem solver, dan berbagai lainnya bahwa nama ini adalah bukan hanya sekedar doa tapi tujuan dari kehidupan ini, bahwa aku menjadi “JALAN”
Leave a Reply to A WordPress Commenter Cancel reply